Kasus HIV Anak Indonesia Meningkat 700 Persen

Jun 24, 2010


Penyakit HIV selama ini banyak terfokus pada orang dewasa. Padahal jika diteliti lebih lanjut banyak anak-anak yang memiliki HIV yang dalam kurun waktu 4 tahun terjadi peningkatan kasus HIV pada anak sebesar 700 persen.

Kasus HIV pada anak biasanya paling sering ditemukan akibat transmisi dari ibu yang sudah memiliki HIV ke anaknya. Kemungkinan besar perpindahan virus ini terjadi selama proses kehamilan dan juga persalinan.

"Pada tanggal 15 Januari 2004 diketahui jumlah HIV sebanyak 158 anak, lalu pada tanggal 1 Desember 2009 diketahui jumlahnya sudah meningkat menjadi 691 anak. Dan baru-baru ini saya mengecek kembali sudah ada 1.119 anak. Berarti terdapat kenaikan sebesar 700 persen dalam waktu 4 tahun saja," ujar DR Dr Tb Rachmat Sentika, SpA, MARS dalam acara konferensi pers Gerakan Nasional Kesehatan Ibu dan Anak menuju Pencapaian MDGs 2015, di Hotel Milenium,Jakarta.

Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi yang melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI. Penularan ibu hamil yang memiliki HIV ke anak bisa menjadi ancaman yang serius, karena bisa menyebabkan anak tidak memiliki peluang hidup panjang.

Untuk mengurangi ancaman anak yang dilahirkan tertular HIV dari ibu yang hamil, maka pemberian obat antiretroviral bisa sangat berguna. Pemberian obat ini dapat menurunkan secara drastis kemungkinan bayi tertular HIV di masa kehamilannya.

"Pada November 2009 lalu, WHO merekomendasikan bahwa ibu yang HIV bisa tetap memberikan IMD (Inisiasi Menyusu Dini), memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan juga pemberian obat antiretroviral (ARV)," ujar dr Utami Roesli, Sp.A, MBA, IBCLC.

dr Utami menuturkan karena itu sebaiknya penyebaran obat anti retroviral bisa merata di seluruh pelosok daerah, sehingga masyarakat bisa dengan mudah mengakses obat ARV ini.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan tiga hal, yaitu inisiasi dini antiretroviral therapy (ART) untuk orang dewasa dan remaja. Pemberian obat ARV yang lebih mudah dan ramah. Serta penggunaan jangka panjang obat ARV untuk mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anak.

Berdasarkan hasil rekomendasi ini, memungkinkan bagi ibu yang positif HIV untuk tetap bisa menyusui bayinya selama 6 bulan atau bahkan hingga 2 tahun.

"Setelah pemberian ASI eksklusif, maka sebaiknya dilanjutkan dengan pemberian makanan bayi berstandar emas. Karena berdasarkan penelitian diketahui makanan MP-ASI (makanan pemdamping ASI) yang tepat dan cukup bisa membantu mengurangi angka kematian bayi sebesar 6 persen," ungkap dokter yang juga Ketua Sentra Laktasi Indonesia.

Hal ini disebabkan dalam ASI terdapat berbagai antibodi yang bisa berguna meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak. Karena diketahui infeksi virus HIV yang terus menerus bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh seseorang.

Selain itu pemberian ASI ini bisa membantu ibu-ibu yang kurang mampu untuk tetap bisa memberikan nutrisi terbaiknya bagi sang buah hati, sehingga tidak perlu lagi membeli susu formula.

0 komentar:

Post a Comment

InFemale Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino